Judul : Mantra Pelet Ampuh | Cerita Misteri Kekuatan Pengasihan Keris Blarak Sineret Yang Ampuh | Ilmu Pelet Ampuh
link : Mantra Pelet Ampuh | Cerita Misteri Kekuatan Pengasihan Keris Blarak Sineret Yang Ampuh | Ilmu Pelet Ampuh
Pengasihan Keris Blarak Sineret Yang Ampuh Saya tak pernah menganggap bila peristiwa aneh ini bakal berlangsung menerpa diriku. Semua bermula dari keris usang berluk tujuh dengan motif daun kelapa (Blarak), yang nyatanya memiliki kemampuan yang mengagumkan. Keris yang tanpa ada berniat kutemukan di laut kidul, tepatnya di pantai Pandan Simo, ini nyatanya tidaklah sembarang keris.
Awalnya, saya tengah menggerakkan satu ritual hizbullatif sepanjang tujuh hari cuma dengan cuma mengonsumsi nasi serta air putih. Pada hari paling akhir saya melakukan ritual itu, saat saya keluar tempat tinggal, tanpa ada berniat kulihat selarik cahaya yang sangat jelas. Cahaya biru itu menyala berpendar-pendar dibawah pokok pohon kelapa. Cahaya itu berkilauan dari tanah, serta berpendar ke akar serabut. Nyalanya yang jelas sungguh sangat mengagumkan. Sinarnya berbaur jadi satu pada putih serta kebiruan.
Walaupun terasa aneh, tetapi pada akhirnya saya fikir itu peristiwa yang lumrah serta alamiah saja. Toh, akar pohon kelapa memanglah menaruh fospor, yg tidak menutup kemungkinan saat terkena sinar rembulan fospor itu bisa menyimpan sinar yang diterima dari sang rembulan untuk lalu di pantulkan, hingga akar-akar pohon kelapa itu bercahaya putih kebiruan secara mengagumkan.
Walau demikian cahaya kebiruan yang ada di sekitar akar pohon kelapa itu nyatanya selalu berpendar-pendar, bahkan juga tampak sama-sama berkejaran, seperti tengah menyelubugi mahluk hidup, atau mungkin saja juga suatu hal benda. Apakah benar apa yang kulihat ini?
Karena sangat tak percayanya bakal peristiwa itu, kuputuskan untuk meamnggil Mas Andi, kakakku, untuk turut melihat sinar aneh itu. Namun sayangnya, saat Mas Andi baru memandangnya mendadak terdengarnya satu ledakan keras. Berbarengan dengan itu sinar kebiruan yang semula berpendar-pendar dibawah pohon kelapa tadi naik ke atas batang. Dalam waktu relatif cepat lalu cahaya itu melesat dengan kecepatan yang mengagumkan, menghadap ke selatan.
Melihat keanehan ini, saya serta Mas Andi cuma terbengong-bengong dibuatnya. Memanglah baru kali tersebut kami melihat peristiwa sejenis itu.
“ Kurang lebih tadi apa itu ya? ” Bertanya mas Andi yang memanglah pemula dalam soal ilmu gaib
“Menurut perkiraanku itu pusaka, Mas! ” Jawabku sekenanya Walau sebenarnya saya cuma menduga-duga saja. Pasalnya, saya memanglah kerap mendengar kalau pusaka-pusaka sakti kerap beterbangan kesana-kemari bila malam hari, mencari tempat yang pas dengan pancaran aura semasing. Mereka ada yang menyala kebiru-biruan, keputihan, kekuningan, kehijauan atau kemerahan, bergantung karaktar pusakanya.
Saat juga selalu berlalu. Saya tidak lagi mengingat momen itu. Satu tahun lalu mulai sejak peristiwa itu, saya serta sebagian rekanku merencanakan memancing di pantai laut selatan. Kami pilih pantai yang masihlah perawan. Berarti, pantai itu belum banyak dikunjungi orang. Ya, pantai itu bernama Pandan Simo.
Memancing di pantai memanglah tak segampang memancing di sungai atau kolam. Terkadang mesti memerlukan kejelian serta ketekunan yang kian lebih cuma memancing. Ombak sering menggulung benang sampai benang jadi semrawut sama-sama mengkait karuan. Belum lagi kami mesti hadapi hawa yang dingin menggigit persendian
Nyaris dari jam sembilan pagi hingga jam empat sore saya rasakan kejenuhan. Pasalnya, tak satu ekor ikanpun yang ingin menggunakann umpan kailku. Berjam-jam saya cuma nikmati deburan ombak yang bergemuruh.
Memanglah, pantai selatan keangkerannya tidak cuma legenda. Di samping ombaknya ganas, juga pancarkan daya mistik yang begitu besar. Demikianlah sekurang-kurangnya lalu berlangsung menerpa diriku.
Saat saya masihlah setia memancing sambil nikmati angin sore serta deburan ombak, tanpa ada saya sadari ada seseorang pemuda yang menghampiriku. Tak tahu dari tempat mana datangnya. Kelihatannya pemuda ini begitu saja telah berdiri di sampingku.
“Assalamualaikum! ” Sapanya.
Lantaran terperanjat, saya tak selekasnya menjawabnya. Sesaat kuperhatikan tampanya. Dandanan pemuda itu bukanlah seperti orang umumnya masyarakat Pandan Simo. Dia berkemeja hijau dengan celana pangsi selutut berwarna hitam. Serta separuh celana tersebut di balut dengan sarung dengan motif kotak gabungan biru serta putih. Sepintas serupa dandanan orang Sumatra.
“Waialakum salam! ” Jawabku lalu sembari selalu memerhatikannya. Pemuda itu begitu kurus dengan kulit kuning bersih. Sesaat matanya yang bersih pancarkan kejernihan hatinya. Rambutnya ikal panjang tergerai, berkibar-kibar di terpa angin.
“Mohon maaf, Anda ini siapa? Apakah kita pernah berjumpa terlebih dulu? ” Tanyaku bertubi-tubi.
Yang di tanya tersenyum penuh arti. “Ini pusaka yang dahulu kau jumpai dibawah pohon kelapa yang tumbuh di samping timur dari tempat tinggal yang kau diami. Namun saat itu belum berjodoh. Serta saat ini telah waktunya kau terima pusaka ini. ” Kata pemuda misterius itu lalu.
Saya masihlah kebingungan lantaran orang itu sekalipun tak pernah saya kenal terlebih dulu. Saya juga sangsi untuk terima pemberiannya.
“Terimalah! Ini telah jadi hakmu! ” Tandasnya.
Walau sangsi, kuraih benda itu dari tangannya. Nyatanya satu keris. Lihat dari memiliki bentuk, keris itu berkesan biasa saja. Bahkan juga belum bisa disebutkan keris lantaran tak memiliki gagang serta sarung. Warnanya Putih kehitaman, seperti tak tertangani. Berluk lima dengan ornament seperti pohon kelapa (Blarak). Berbahan terbuat dari baja putih.
Sesudah kuterima, pusaka usang itu segera kumasukkan kedalam tas kecil yang kubawa. Si pemuda memaparkan arahan singkat cara menjaga keris pemberiannya.
Sesudah memberi keris usang yang bernama Blarak Cineret itu, si pemuda misterius tadi selekasnya berbalik serta pergi meninggalkanku dengan tanpa ada berkata walaupun sepatah katapun. Badannya menghilang saat telah berapa mtr. jauhnya dari tempatku memancing.
Saya sendiri masihlah heran serta bertanya-tanya siapakah sesungguhnya pemuda tersebut…?
***
Satu kelapa hijau berniat kusediakan di kamarku. Ujung keris lalu kucelupkan kedalam airnya. Ya, memanglah demikianlah arahan pemuda misterius itu untuk melindungi karismanya. Sehari-harinya saya bungkus keris itu dengan kain merah.
Walau berkesan barang rongsokan, tetapi tak tahu mengapa saya sukai sekali memerhatikan pusaka itu.
Bahkan juga terkadang hingga berjam-jam lamanya. Kelihatannya, ada daya tarik sendiri yang keluar dari bilah besinya. Serta anehnya lagi, sejak saya memegang keris itu energiku jadi bergairah. Saya temukan semangat yang mengagumkan didalam melakukan hidup.
Bahkan juga terkadang hingga berjam-jam lamanya. Kelihatannya, ada daya tarik sendiri yang keluar dari bilah besinya. Serta anehnya lagi, sejak saya memegang keris itu energiku jadi bergairah. Saya temukan semangat yang mengagumkan didalam melakukan hidup.
Tetapi celakanya, sejak keris itu ada di tanganku, beberapa wanita yang mendadak kesengsem padaku. Mereka rata-rata aktif serta agresif mendekatiku, walau mereka termasuk ada yang usianya lebih muda dariku. Langkah perhatian mereka terhadapku tidak sama. Ada yang sehari-hari menelponku dengan kalimat manja serta mesra, ada yang sehari-hari menyambangiku di kantor, ada pula yang memberikan perhatiannya dengan senantiasa mengirimi makanan serta beragam hadiah. Saya sendiri tidak mengerti!
Kerap gadis-gadis cantik itu penuhi meja kantorku cuma menginginkan melihatku saja. Sungguh begitu aneh! Bahkan juga mereka tak peduli saat saya berpikiran mereka semuanya sebagai pacarku.
Lantaran peluang ini, nyaris sehari-hari saya pergi dengan wanita yang tidak sama. Baik itu berjalan-jalan, atau cuma menginap di hotel.
Apakah karisma yang muncul didalam badanku memanglah datang dari keris usang yang senantiasa kusandingkan dengan kelapa hijau itu? Entahlah! Yang pasti, mulai sejak waktu itu saya tak dapat mengatur pembawaanku. Saya senantiasa bergairah dengan gadis-gadis cantik yang memburuku. Sampai tanpa ada merasa saya sudah lakukan banyak dosa. Seperti tak paus-pausnya saya bermain wanita. Celakanya gadis-gadis cantik yang jadi korbanku yaitu gadis-gadis yang sebenarnya baik.
Nyaris empat th. berlalu saya memegang benda usang yang sakti itu. Serta sepanjang itu juga banyak gadis baik-baik yang saya sakiti serta kecewakan.
Untunglah pada akhirnya kesadaran itu datang juga. Saya tidak menginginkan selalu larut dalam dosa. Saat ini saya tak berani lagi mempermainkan gadis-gadis yang mendekatiku. Mereka semuanya jadi kuanggap sebagai sahabat.
Pada akhirnya, keris Blarak Cineret itu kupinjamkan ke seseorang rekan. Tuturnya untuk menaikan aura usaha rumahmakannya. Anehnya, saat keris usang itu saya pinjamkan, malamnya saya punya mimpi didatang seseorang pemuda yang tampan serta gagah dengan baju serupa panglima perang. Diakuinya bernama Panglima Ribosari, yang konon yaitu seseorang panglima kepercayaan kanjeng laut kidul yang di utus untuk ikut melindungi ruang pantai selatan. Dia begitu geram lantaran saya sudah meminjamkan wadagnya pada orang yang bukanlah jodohnya.
Paginya, sesudah alami mimpi itu, telpon genggamku berbunyi. Nada di seberang sana menyampaikan kabar kalau keris Blarak Cineret yang di pinjamnya dariku mendadak raib tak tahu kemana.
Awalnya saya bersedih dengan hilangnya keris usang itu. Namun lalu saya mengikhlaskanya. Mungkin saja saja keris itu sudah kembali pada tempatnya, di pantai selatan. Dengan hilangnya keris itu jiwaku merasa lebih tenang, lantaran akan tidak di pengaruhi aura penarik lawan jenis lagi.
Saat ini saya sudah beristri. Saya menjalani hidup berumahtangga dengan serasi serta bahagia. Hingga disuatu waktu saya terperanjat saat isteriku temukan kain warna merah yang membungkus satu benda. Kain merah itu diserahkannya padaku. Saya berdebar-debar menerimanya, lantaran saya tahu persis kain merah yang membungkus satu benda itu sangatlah saya kenal. Yang saya begitu heran kain merah itu mendadak diketemukan istriku. Tuturnya ada diatas almari. Itu mustahil lantaran kain merah yang membungkus satu benda itu sudah hilang dua th. waktu lalu, saat di pinjam rekanku yang buka usaha tempat tinggal makan. Bagaimana mungkin saja kain merah diisi Keris Blarak Cineret itu dapat kembali?
Dengan hati yang berdebar-debar saya mencermati kain merah yang membungkus satu benda itu. Saya timang-timang serta memikirkan sekian kali untuk membukanya. Saya mengerti kalau saat ini saya sudah memiliki istri. Akankah dengan kembalinya kain merah yang membungkus satu benda itu saya kembali bakal bertualang dengan dunia beberapa gadis yang nanti membawa kesesatan bagiku? Dengan dada yang masihlah berdegup kencang pada akhirnya saya beranikan diri untuk buka kain merah yang membungkus satu benda itu. Serta dadaku makin berdegup kencang pada saat benda yang terbungkus kain merah itu nyatanya benar yaitu Keris Blarak Cineret!
Petualangan terlebih yang menghadangku di hari depan? Entahlah, yang pasti mudah-mudahan Tuhan membuat perlindungan serta memperkuat imanku.
Pengasihan Keris Blarak Sineret Yang Ampuh Saya tak pernah menganggap bila peristiwa aneh ini bakal berlangsung menerpa diriku. Semua bermula dari keris usang berluk tujuh dengan motif daun kelapa (Blarak), yang nyatanya memiliki kemampuan yang mengagumkan. Keris yang tanpa ada berniat kutemukan di laut kidul, tepatnya di pantai Pandan Simo, ini nyatanya tidaklah sembarang keris.
Awalnya, saya tengah menggerakkan satu ritual hizbullatif sepanjang tujuh hari cuma dengan cuma mengonsumsi nasi serta air putih. Pada hari paling akhir saya melakukan ritual itu, saat saya keluar tempat tinggal, tanpa ada berniat kulihat selarik cahaya yang sangat jelas. Cahaya biru itu menyala berpendar-pendar dibawah pokok pohon kelapa. Cahaya itu berkilauan dari tanah, serta berpendar ke akar serabut. Nyalanya yang jelas sungguh sangat mengagumkan. Sinarnya berbaur jadi satu pada putih serta kebiruan.
Walaupun terasa aneh, tetapi pada akhirnya saya fikir itu peristiwa yang lumrah serta alamiah saja. Toh, akar pohon kelapa memanglah menaruh fospor, yg tidak menutup kemungkinan saat terkena sinar rembulan fospor itu bisa menyimpan sinar yang diterima dari sang rembulan untuk lalu di pantulkan, hingga akar-akar pohon kelapa itu bercahaya putih kebiruan secara mengagumkan.
Walau demikian cahaya kebiruan yang ada di sekitar akar pohon kelapa itu nyatanya selalu berpendar-pendar, bahkan juga tampak sama-sama berkejaran, seperti tengah menyelubugi mahluk hidup, atau mungkin saja juga suatu hal benda. Apakah benar apa yang kulihat ini?
Karena sangat tak percayanya bakal peristiwa itu, kuputuskan untuk meamnggil Mas Andi, kakakku, untuk turut melihat sinar aneh itu. Namun sayangnya, saat Mas Andi baru memandangnya mendadak terdengarnya satu ledakan keras. Berbarengan dengan itu sinar kebiruan yang semula berpendar-pendar dibawah pohon kelapa tadi naik ke atas batang. Dalam waktu relatif cepat lalu cahaya itu melesat dengan kecepatan yang mengagumkan, menghadap ke selatan.
Melihat keanehan ini, saya serta Mas Andi cuma terbengong-bengong dibuatnya. Memanglah baru kali tersebut kami melihat peristiwa sejenis itu.
“ Kurang lebih tadi apa itu ya? ” Bertanya mas Andi yang memanglah pemula dalam soal ilmu gaib
“Menurut perkiraanku itu pusaka, Mas! ” Jawabku sekenanya Walau sebenarnya saya cuma menduga-duga saja. Pasalnya, saya memanglah kerap mendengar kalau pusaka-pusaka sakti kerap beterbangan kesana-kemari bila malam hari, mencari tempat yang pas dengan pancaran aura semasing. Mereka ada yang menyala kebiru-biruan, keputihan, kekuningan, kehijauan atau kemerahan, bergantung karaktar pusakanya.
Saat juga selalu berlalu. Saya tidak lagi mengingat momen itu. Satu tahun lalu mulai sejak peristiwa itu, saya serta sebagian rekanku merencanakan memancing di pantai laut selatan. Kami pilih pantai yang masihlah perawan. Berarti, pantai itu belum banyak dikunjungi orang. Ya, pantai itu bernama Pandan Simo.
Memancing di pantai memanglah tak segampang memancing di sungai atau kolam. Terkadang mesti memerlukan kejelian serta ketekunan yang kian lebih cuma memancing. Ombak sering menggulung benang sampai benang jadi semrawut sama-sama mengkait karuan. Belum lagi kami mesti hadapi hawa yang dingin menggigit persendian
Nyaris dari jam sembilan pagi hingga jam empat sore saya rasakan kejenuhan. Pasalnya, tak satu ekor ikanpun yang ingin menggunakann umpan kailku. Berjam-jam saya cuma nikmati deburan ombak yang bergemuruh.
Memanglah, pantai selatan keangkerannya tidak cuma legenda. Di samping ombaknya ganas, juga pancarkan daya mistik yang begitu besar. Demikianlah sekurang-kurangnya lalu berlangsung menerpa diriku.
Saat saya masihlah setia memancing sambil nikmati angin sore serta deburan ombak, tanpa ada saya sadari ada seseorang pemuda yang menghampiriku. Tak tahu dari tempat mana datangnya. Kelihatannya pemuda ini begitu saja telah berdiri di sampingku.
“Assalamualaikum! ” Sapanya.
Lantaran terperanjat, saya tak selekasnya menjawabnya. Sesaat kuperhatikan tampanya. Dandanan pemuda itu bukanlah seperti orang umumnya masyarakat Pandan Simo. Dia berkemeja hijau dengan celana pangsi selutut berwarna hitam. Serta separuh celana tersebut di balut dengan sarung dengan motif kotak gabungan biru serta putih. Sepintas serupa dandanan orang Sumatra.
“Waialakum salam! ” Jawabku lalu sembari selalu memerhatikannya. Pemuda itu begitu kurus dengan kulit kuning bersih. Sesaat matanya yang bersih pancarkan kejernihan hatinya. Rambutnya ikal panjang tergerai, berkibar-kibar di terpa angin.
“Mohon maaf, Anda ini siapa? Apakah kita pernah berjumpa terlebih dulu? ” Tanyaku bertubi-tubi.
Yang di tanya tersenyum penuh arti. “Ini pusaka yang dahulu kau jumpai dibawah pohon kelapa yang tumbuh di samping timur dari tempat tinggal yang kau diami. Namun saat itu belum berjodoh. Serta saat ini telah waktunya kau terima pusaka ini. ” Kata pemuda misterius itu lalu.
Saya masihlah kebingungan lantaran orang itu sekalipun tak pernah saya kenal terlebih dulu. Saya juga sangsi untuk terima pemberiannya.
“Terimalah! Ini telah jadi hakmu! ” Tandasnya.
Walau sangsi, kuraih benda itu dari tangannya. Nyatanya satu keris. Lihat dari memiliki bentuk, keris itu berkesan biasa saja. Bahkan juga belum bisa disebutkan keris lantaran tak memiliki gagang serta sarung. Warnanya Putih kehitaman, seperti tak tertangani. Berluk lima dengan ornament seperti pohon kelapa (Blarak). Berbahan terbuat dari baja putih.
Sesudah kuterima, pusaka usang itu segera kumasukkan kedalam tas kecil yang kubawa. Si pemuda memaparkan arahan singkat cara menjaga keris pemberiannya.
Sesudah memberi keris usang yang bernama Blarak Cineret itu, si pemuda misterius tadi selekasnya berbalik serta pergi meninggalkanku dengan tanpa ada berkata walaupun sepatah katapun. Badannya menghilang saat telah berapa mtr. jauhnya dari tempatku memancing.
Saya sendiri masihlah heran serta bertanya-tanya siapakah sesungguhnya pemuda tersebut…?
***
Satu kelapa hijau berniat kusediakan di kamarku. Ujung keris lalu kucelupkan kedalam airnya. Ya, memanglah demikianlah arahan pemuda misterius itu untuk melindungi karismanya. Sehari-harinya saya bungkus keris itu dengan kain merah.
Walau berkesan barang rongsokan, tetapi tak tahu mengapa saya sukai sekali memerhatikan pusaka itu.
Bahkan juga terkadang hingga berjam-jam lamanya. Kelihatannya, ada daya tarik sendiri yang keluar dari bilah besinya. Serta anehnya lagi, sejak saya memegang keris itu energiku jadi bergairah. Saya temukan semangat yang mengagumkan didalam melakukan hidup.
Bahkan juga terkadang hingga berjam-jam lamanya. Kelihatannya, ada daya tarik sendiri yang keluar dari bilah besinya. Serta anehnya lagi, sejak saya memegang keris itu energiku jadi bergairah. Saya temukan semangat yang mengagumkan didalam melakukan hidup.
Tetapi celakanya, sejak keris itu ada di tanganku, beberapa wanita yang mendadak kesengsem padaku. Mereka rata-rata aktif serta agresif mendekatiku, walau mereka termasuk ada yang usianya lebih muda dariku. Langkah perhatian mereka terhadapku tidak sama. Ada yang sehari-hari menelponku dengan kalimat manja serta mesra, ada yang sehari-hari menyambangiku di kantor, ada pula yang memberikan perhatiannya dengan senantiasa mengirimi makanan serta beragam hadiah. Saya sendiri tidak mengerti!
Kerap gadis-gadis cantik itu penuhi meja kantorku cuma menginginkan melihatku saja. Sungguh begitu aneh! Bahkan juga mereka tak peduli saat saya berpikiran mereka semuanya sebagai pacarku.
Lantaran peluang ini, nyaris sehari-hari saya pergi dengan wanita yang tidak sama. Baik itu berjalan-jalan, atau cuma menginap di hotel.
Apakah karisma yang muncul didalam badanku memanglah datang dari keris usang yang senantiasa kusandingkan dengan kelapa hijau itu? Entahlah! Yang pasti, mulai sejak waktu itu saya tak dapat mengatur pembawaanku. Saya senantiasa bergairah dengan gadis-gadis cantik yang memburuku. Sampai tanpa ada merasa saya sudah lakukan banyak dosa. Seperti tak paus-pausnya saya bermain wanita. Celakanya gadis-gadis cantik yang jadi korbanku yaitu gadis-gadis yang sebenarnya baik.
Nyaris empat th. berlalu saya memegang benda usang yang sakti itu. Serta sepanjang itu juga banyak gadis baik-baik yang saya sakiti serta kecewakan.
Untunglah pada akhirnya kesadaran itu datang juga. Saya tidak menginginkan selalu larut dalam dosa. Saat ini saya tak berani lagi mempermainkan gadis-gadis yang mendekatiku. Mereka semuanya jadi kuanggap sebagai sahabat.
Pada akhirnya, keris Blarak Cineret itu kupinjamkan ke seseorang rekan. Tuturnya untuk menaikan aura usaha rumahmakannya. Anehnya, saat keris usang itu saya pinjamkan, malamnya saya punya mimpi didatang seseorang pemuda yang tampan serta gagah dengan baju serupa panglima perang. Diakuinya bernama Panglima Ribosari, yang konon yaitu seseorang panglima kepercayaan kanjeng laut kidul yang di utus untuk ikut melindungi ruang pantai selatan. Dia begitu geram lantaran saya sudah meminjamkan wadagnya pada orang yang bukanlah jodohnya.
Paginya, sesudah alami mimpi itu, telpon genggamku berbunyi. Nada di seberang sana menyampaikan kabar kalau keris Blarak Cineret yang di pinjamnya dariku mendadak raib tak tahu kemana.
Awalnya saya bersedih dengan hilangnya keris usang itu. Namun lalu saya mengikhlaskanya. Mungkin saja saja keris itu sudah kembali pada tempatnya, di pantai selatan. Dengan hilangnya keris itu jiwaku merasa lebih tenang, lantaran akan tidak di pengaruhi aura penarik lawan jenis lagi.
Saat ini saya sudah beristri. Saya menjalani hidup berumahtangga dengan serasi serta bahagia. Hingga disuatu waktu saya terperanjat saat isteriku temukan kain warna merah yang membungkus satu benda. Kain merah itu diserahkannya padaku. Saya berdebar-debar menerimanya, lantaran saya tahu persis kain merah yang membungkus satu benda itu sangatlah saya kenal. Yang saya begitu heran kain merah itu mendadak diketemukan istriku. Tuturnya ada diatas almari. Itu mustahil lantaran kain merah yang membungkus satu benda itu sudah hilang dua th. waktu lalu, saat di pinjam rekanku yang buka usaha tempat tinggal makan. Bagaimana mungkin saja kain merah diisi Keris Blarak Cineret itu dapat kembali?
Dengan hati yang berdebar-debar saya mencermati kain merah yang membungkus satu benda itu. Saya timang-timang serta memikirkan sekian kali untuk membukanya. Saya mengerti kalau saat ini saya sudah memiliki istri. Akankah dengan kembalinya kain merah yang membungkus satu benda itu saya kembali bakal bertualang dengan dunia beberapa gadis yang nanti membawa kesesatan bagiku? Dengan dada yang masihlah berdegup kencang pada akhirnya saya beranikan diri untuk buka kain merah yang membungkus satu benda itu. Serta dadaku makin berdegup kencang pada saat benda yang terbungkus kain merah itu nyatanya benar yaitu Keris Blarak Cineret!
Petualangan terlebih yang menghadangku di hari depan? Entahlah, yang pasti mudah-mudahan Tuhan membuat perlindungan serta memperkuat imanku.
Dapatkan Sample GRATIS Produk sponsor di bawah ini, KLIK dan lihat caranya
SILAHKAN LIHAT JUGA PAKET KEILMUAN KAMI YANG LAIN DI BAWAH INI
1. 30 Ilmu Pelet Pengasihan Kirim Mimpi Basah
2. 30 Ilmu Kesaktian dan Kekebalan
3. Minyak Rajah Al Karomah 1001 Khasiat
4. Ilmu Sapu Angin Khizib Bayu
SILAHKAN LIHAT JUGA PAKET KEILMUAN KAMI YANG LAIN DI BAWAH INI
1. 30 Ilmu Pelet Pengasihan Kirim Mimpi Basah
2. 30 Ilmu Kesaktian dan Kekebalan
3. Minyak Rajah Al Karomah 1001 Khasiat
4. Ilmu Sapu Angin Khizib Bayu